Hari-hari Salsa di SMP favoritnya di Demak selalu penuh keceriaan. Dengan teman-teman yang ceria, ia menikmati setiap detik di kelas 9. Namun, di balik senyumannya, ada cerita yang tidak ia sadari: seorang teman pria bernama Resky selalu mengikuti langkahnya dari jauh.
Resky adalah sosok yang pendiam, sering terlihat tersenyum setiap kali Salsa lewat. Salsa mengira Resky hanya tertarik pada Livi, teman baiknya yang ceria dan penuh pesona. Livi, dengan senyuman menawannya, selalu menarik perhatian banyak orang, termasuk Resky. Namun, Salsa tak tahu bahwa di balik sikapnya yang tenang, Resky sebenarnya menyimpan perasaan mendalam untuknya.
Suatu hari, saat Salsa dan Livi duduk di taman sekolah, Livi mengungkapkan harapannya. “Salsa, aku suka sama Resky. Kamu pikir dia juga suka sama aku?” Salsa terkejut mendengar pengakuan itu. Dalam hatinya, ia berusaha menenangkan diri, padahal ia tahu bahwa Resky sebenarnya tidak memperhatikan Livi seperti yang diharapkannya.
“Saya rasa… Resky tidak tertarik pada siapapun, Livi. Dia lebih sering melihat ke arahku,” jawab Salsa dengan ragu, merasa bingung antara ingin jujur dan melindungi perasaan temannya.
Malam harinya, Salsa tidak bisa tidur. Ia teringat tatapan Resky yang sering tertangkapnya. Ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Rasa bingungnya semakin dalam ketika keesokan harinya, Resky berani menghampirinya.
“Hey, Salsa. Boleh kita bicara sebentar?” tanya Resky, suaranya lembut namun tegas. Jantung Salsa berdebar kencang. Ia mengangguk, berusaha menahan rasa gugupnya.
Di pojok sekolah, di bawah pohon rindang, Resky mulai berbicara. “Salsa, aku… aku suka kamu. Selama ini aku mengikuti kamu, dan aku tidak bisa menahan perasaanku lagi,” ungkapnya. Kata-kata itu seperti petir menyambar dalam benak Salsa. Semua asumsi dan kebingungan akhirnya terjawab.
Namun, saat rasa bahagia itu muncul, ia teringat pada Livi. “Resky, aku… aku tidak tahu harus berkata apa. Livi menyukaimu,” jawabnya dengan suara bergetar. Ekspresi Resky berubah, tampak kecewa, tetapi dia berusaha tersenyum.
“Aku hanya ingin jujur padamu. Jika kamu tidak merasa sama, aku akan menghormatinya,” katanya. Dalam hati, Salsa merasa terjebak. Di satu sisi, ia ingin menerima perasaan Resky, tetapi di sisi lain, ia tidak ingin menyakiti Livi.
Hari-hari berikutnya, ketegangan terus menyelimuti hubungan mereka. Salsa merasa bersalah karena mengabaikan Livi yang berharap mendapatkan Resky. Sementara itu, Resky semakin menjaga jarak, mencoba menghormati keputusan Salsa.
Suatu sore, Salsa memutuskan untuk berbicara dengan Livi. “Livi, ada sesuatu yang perlu aku katakan. Resky suka padaku, tapi aku juga tidak ingin menyakitimu,” ungkapnya. Livi terkejut, tetapi setelah beberapa saat, ia menghela napas dan tersenyum. “Salsa, aku tidak ingin memperjuangkan seseorang yang tidak mencintaiku. Jika Resky mencintaimu, aku akan mendukung kalian.”
Pernyataan Livi mengubah segalanya. Salsa merasa beban di hatinya berkurang, dan ia menyadari bahwa ia harus memilih untuk mengikuti perasaannya sendiri. Dengan keberanian baru, ia mencari Resky dan mengatakan, “Aku juga suka padamu. Mari kita coba bersama.”
Resky tersenyum lebar, dan dari situ, mereka mulai menjalin hubungan yang tulus. Walaupun ada ketegangan di awal, mereka belajar untuk saling menghargai satu sama lain, termasuk Livi yang tetap menjadi teman baik mereka.
Dalam perjalanan cinta yang rumit ini, Salsa menyadari bahwa hidup tak selalu mudah, tetapi dengan keberanian dan kejujuran, mereka bisa menemukan kebahagiaan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar