Kamis, 26 Desember 2024

Bulan, Bintang, dan Aku yang Lupa



Diana duduk di jendela kamarnya, memandangi langit malam yang cerah. Bulan bersinar lembut, dikelilingi oleh bintang-bintang kecil yang berkelip-kelip. Angin dingin menyelinap masuk, tetapi Diana tidak bergeming. Di tangannya, sebuah buku harian terbuka dengan halaman kosong yang menanti untuk ditulisi.

"Setahun berlalu," gumamnya pelan, hampir seperti berbisik pada dirinya sendiri. "Apa yang sudah aku lakukan?"

Diana adalah seorang remaja biasa. Seperti banyak orang seusianya, ia sibuk dengan sekolah, teman-teman, dan media sosial. Namun, ada satu hal yang ia sadari telah lama ia lupakan—Tuhannya.

Setahun ini, Diana seperti berjalan tanpa kompas. Ia jarang berdoa, bahkan lupa bersyukur atas hal-hal kecil yang ia terima setiap hari. Hidupnya terasa datar, meskipun ia punya segalanya. Keluarga yang menyayanginya, teman-teman yang selalu ada, dan prestasi di sekolah. Namun, ketika masalah datang, ia merasa dunia seakan runtuh.

Ada satu momen yang tidak akan ia lupakan. Suatu hari, ia bertengkar hebat dengan sahabatnya, Maya. Diana merasa dikhianati hanya karena Maya tidak setuju dengan pendapatnya. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan persahabatan itu. Setelah itu, hari-harinya menjadi lebih sepi.

Saat kesepian melanda, Diana sering menenggelamkan diri dalam musik atau menonton video lucu untuk menghibur diri. Tapi, malam ini berbeda. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang lebih besar dari sekadar persahabatan atau hiburan.

“Kenapa aku jadi seperti ini?” tanya Diana sambil memandangi bulan. Ia merasa bulan dan bintang seperti mendengarkannya.

Dalam diam, Diana teringat momen-momen kecil ketika ia merasa Tuhan begitu dekat. Saat ia kecil, ia selalu berdoa sebelum tidur, memohon agar esok hari berjalan lancar. Saat ia takut menghadapi ujian, ia selalu memohon keberanian. Tapi kini, semua itu terasa jauh.

"Tuhan mungkin marah," pikirnya. Namun, di dalam hatinya, ia tahu Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Hanya ia yang menjauh, sibuk dengan dunianya sendiri.

Bulan dan bintang seperti berbisik padanya, mengingatkan bahwa masih ada waktu untuk kembali. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri.

Diana menutup buku hariannya. Ia menulis satu kalimat:
“Tuhan, aku ingin lebih dekat dengan-Mu lagi.”

Ia tahu perjalanan ini tidak akan mudah. Ia harus memulai dengan langkah kecil: mengingat untuk bersyukur setiap hari, berdoa sebelum tidur, dan memohon ampunan atas semua kelalaiannya.

Langit malam tetap sama, tetapi bagi Diana, ada yang berubah. Ia merasa lebih ringan, seolah-olah bulan dan bintang telah memberinya jawaban.

“Tuhan masih sayang aku,” bisiknya sambil tersenyum.

Tahun baru mungkin tidak akan sempurna, tetapi Diana bertekad untuk menjadikannya lebih baik. Langkah kecilnya malam ini adalah awal dari perjalanan panjang untuk menemukan kembali makna hidup bersama Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Haiiii Opa

Di sebuah sekolah menengah pertama yang penuh semangat, ada seorang gadis berusia 14 tahun bernama Oche. Cerdas, tekun, dan penuh ambisi. ...