Malam itu, Nina berdiri di bawah langit malam yang pekat, menatap ke arah lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Hatinya terasa kosong. Semua kenangan, janji-janji, dan kata-kata manis kini hanya tersisa sebagai luka yang membekas dalam. Rasa sakit itu datang lagi, menghantam hatinya yang sudah retak.
Dia mengingat wajah Bani, pria yang selama ini menjadi sumber cintanya. Mereka pernah berjanji saling setia, berjuang bersama dalam suka dan duka. Tapi, entah bagaimana, semua berubah. Bani memilih untuk pergi, meninggalkan Nina demi seseorang yang baru, yang mungkin lebih menarik di matanya.
Nina menelan ludah, pahit di tenggorokannya. "Apa yang kurang dari aku? Mengapa harus dia?" pikirnya berkali-kali. Ia merasa ditinggalkan, diabaikan, dan kehilangan harga diri. Di dalam pikirannya, ia bertanya-tanya apakah Bani menyadari pengorbanannya selama ini. Tapi nyatanya, semua yang Nina lakukan tidak berarti apa-apa bagi Bani.
Hari itu, tanpa sepengetahuan Nina, Bani kembali pergi dengan wanita itu. Mereka terlihat mesra, bercanda dan tertawa, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Nina sempat melihat mereka dari kejauhan, dan matanya berair. Bukan hanya cemburu yang ia rasakan, tapi juga rasa hina – seolah-olah ia hanyalah bayangan masa lalu yang tak lagi diinginkan.
"Aku sudah jadi beban bagi dia," bisiknya lirih, menahan perasaan yang meluap-luap. Dalam hati, ia merasa dipermalukan, bukan hanya oleh Bani, tetapi oleh dirinya sendiri yang masih merindukan pria yang jelas-jelas sudah berpaling.
Tak lama, Nina mendapat kabar bahwa Bani mulai mengalami masalah dalam kehidupannya. Orang-orang mulai menjauhinya, dan wanita itu yang awalnya dekat dengannya, perlahan-lahan juga mulai menghilang. Seperti yang sering ia dengar, keadilan memang selalu datang dengan caranya sendiri.
Namun Nina tak tersenyum atau merasa puas melihat penderitaan Bani. Baginya, itu hanya membuktikan betapa sia-sianya cinta yang ia berikan untuk seseorang yang tidak pantas menerimanya. Dia sadar bahwa cinta sejati tidak akan pernah tergerus oleh godaan sesaat. Dan Bani telah membuktikan, cintanya kepada Nina selama ini hanya fatamorgana.
Nina menghela napas dalam, memutuskan untuk melangkah maju tanpa menoleh lagi ke masa lalu. Meski hati masih terasa perih, dia tahu suatu hari akan tiba saatnya ia menemukan kebahagiaan yang lebih sejati, bersama seseorang yang tak akan pernah melepaskan genggaman tangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar